Minggu, 15 September 2013

sebuah invitasi biasa


ini adalah invitasi biasa tapi dahsyat. seseorang diantara kita mengajak untuk berkumpul lagi dan mengobrol lebih banyak, tentunya dilakukan di sore hari dengan secangkir kopi dan mungkin juga beberapa batang rokok. sebuah pertemuan untuk membicarakan rencana-rencana muluk selanjutnya yang selalu saja terlaksana jauh dari prediksi. dan sekali lagi, mari kita membuat memori baru bersama.


*photo : yashica fx3 kodak proimage exp. 

A Gift Pack from Nenek

menyenangkan sekali bisa pulang lagi ke rumah nenek di kampung. haha saya sudah lama sekali ingin memulai postingan kali ini dengan kalimat pembuka seperti tadi, hmm mungkin terpengaruh oleh beberapa kisah klasik anak-anak yg sedang saya baca akhir-akhir ini :)
disini inilah, dulu saya dibesarkan, di sebuah kampung yang jauh dari kota besar tapi dekat dari laut. tinggal di sebuah rumah panggung bersama kakek dan nenek serta ayam-ayam di kolong rumahnya. hey kalo bisa dianalogikan, mungkin kisah saya sedikit mirip dengan kisah Heidi :P
pulang ke rumah ini memberi rasa nyaman tersendiri, saya jadi malas keluar rumah rasanya. ingin bermalas-malasan sepanjang hari, makan masakan nenek, berkunjung ke kebun belakang rumah dimana makam kakek juga berada disana, hmm, dulu sewaktu kecil saya sering memanjati dahan-dahan pohon coklat di kebun, atau membersihkan daun-daun yang berguguran dari pohon nangka. Oh iya, mengawinkan salak jantan dan salak betina juga menyenangkan :) sayangnya buahnya tidak selalu menjadi milik kita karena babi hutan kadang merampasnya :( atau menghampiri nenek yang setiap sore mengecek pohon-pohon pisangnya. jika bosan bermain di kebun, saya lebih memilih duduk-duduk di kolong rumah, bermain dengan anak-anak ayam yang menggemaskan, atau bermain permainan tradisional lainnya. dulu saya tidak begitu suka bermain dengan anak-anak lainnya, kadang mereka ke lapangan bermain layangan, atau ke permandian air tawar di desa kami, atau laut yang terletak hanya beberapa ratus meter saja. haha dulu saya terlalu sibuk dengan tidur siang, menunggu acara di tv, menghabiskan waktu di kebun, bermain dengan ayam, membaca buku-buku, dan permainan-permainan individualis lainnya. oh iya lupa, saya juga sibuk dengan les bahasa inggris, tambahan pelajaran, dan les keyboard (yang tidak lama lalu saya tinggalkan karena membosankan). 




tidak banyak yang berubah dari rumah ini dan sekitarnya, tanaman-tanaman bunga yang dulu saya tanam dari kecil semakin rimbun tumbuh tidak beraturan, ya dulu saya suka bercocok tanam. pohon mangga, salak, pisang, coklat, dan kelapa nenek juga semakin tidak produktif. jumlah ayam nenek juga ya segitu terus, tidak pernah lebih dari 10 ekor, kasus kematian anak-anaknya juga sama saja dari dulu, kadang dimakan biawak, ular, atau sakit. tanah pun masih gersang dan retak-retak, hanya rumput liar yang mampu bertahan. tempat ini seperti dilanda musim kemarau berkepanjangan.




pantai yang di dekat rumah itu telah berubah. pengunjungnya banyak sekarang, masuknya pun berbayar. padahal infrastrukturnya payah sekali menurutku. pasinya pun tidak putih, airnya kotor, banyak bakau yang entah tumbuh sendiri atau ditumbuhkan di tepiannya. siapa yang ingin berenang di laut yang penuh bakau. tetapi saya menemukan hal lain yang menarik, di seberang pantai, di bawah jurang yang tertutupi rimbunan pohon bambu, ada air terjun musiman. maksudnya airnya akan mengalir jika sungai diatasnya tidak kering. jika musim kemarau tiba, tempat ini hanya seperti celah jurang biasa yang penuh dengan sampah ranting dan dedaunan.




semoga akan selalu ada waktu untuk pulang kesini lagi seperti biasanya. dan hal-hal yang tidak berubah seperti sekarang, mungkin sebaiknya memang tetap seperti itu saja, agar kenangan-kenangan rasanya tetap terasa hidup :)
melankolis sekali hahaha
ayo pulang ke kampung tahun depan.


*photo taken by yashica fx3 with kodak proimage expired