Kamis, 31 Mei 2012

(butter) flies into the high sky



aku adalah salahsatu dari mereka
dan ini adalah kisahku
yang akan menjelaskan kehidupanku yang tak seindah yang manusia bayangkan
yang akan mengajarkan kepada kalian bahwa kematian bukanlah sesuatu yang harus ditakuti

dahulu
aku hidup biasa-biasa saja bersama kawananku yang juga biasa-biasa saja. tak ada kompetisi diantara kami karena tak peduli bagaimana corak sayap kami, di mata manusia kami tetaplah cantik dan dielu-elukan. jadi kami merasa tak perlu untuk cemburu pada yang lainnya. kami terbiasa hidup dalam kedamaian, ketenangan, tanpa kompetisi apapun, tanpa perkelahian sekecil apapun, dan banyak tanpa yang membuat dunia kami selalu identik dengan hal-hal indah, bagi manusia. 

lalu
aku merasa jenuh. aku tidak yakin hanya diriku sendiri yang merasa seperti ini. aku percaya diantara ribuan kawananku yang cantik-cantik ini ada satu atau lebih yang merasakan hal yang sama sepertiku. aku lalu terbang mencari mereka yang berfikir sama denganku. aku bertanya. aku mencari. lalu aku dicemooh. aku hampir frustasi karena aku benci dengan kemunafikan mereka. aku mulai sedih menyadari diantara kecantikan kaumku, ternyata mereka tidak lebih dari dewi-dewi yang penuh dengan ketakutan dan ketidakjujuran. tapi lalu aku bertanya pada diriku sendiri apakah mungkin aku yang salah. apakah mungkin aku malah dewi yang mengingkari garis takdirnya. lalu aku dihinggapi beribu pertanyaan yang tidak bisa kujawab. aku kemudian hidup dalam duniaku yang penuh dengan rasa benci, cemas, dan bingung tiada tara.

hingga
aku memutuskan untuk mencari apa yang aku inginkan sebenarnya. apa yang membuat aku jenuh. apa yang ingin aku raih. aku mencoba berbagai hal. jika kawananku bergerombol akan menghisap nektar di rumpun bunga hutan, aku akan memisahkan diri terbang ke atas pohon paling tinggi di hutan ini. walaupun pada akhirnya aku akan kelelahan dan tidak bisa terbang lagi. tapi aku tidak menyerah. sayangnya hal ini membuat aku terpisah dari kawananku yang cantik. aku kini seorang diri. terkadang aku merasa kesepian, terkadang aku merasa butuh untuk kembali ke duniaku yang sepantasnya. apa? sepantasnya? ah aku benci kata-kata sepantasnya itu, karena aku belum menemukan definisi pantas untuk hidupku itu yang seperti apa. hingga kutepis semua keraguan yang selalu menggerayangi perasaanku. kembali kuyakinkan hatiku, kubulatkan tekadku.

kini
aku terbang dengan arahku sendiri. aku tidak peduli walau aku sendiri. aku percaya aku bisa. aku tidak lagi hidup dalam kisah melankolis dan plegmatis seperti dulu. aku bahkan sudah bisa hinggap bertengger pada dahan tertinggi pohon tertinggi hutan ini. dan..AKU BISA MELIHAT HUTAN INI, seluruh pemandangan hutan ini, danau, evergreen, savana, kawanan rusa, tepi pantai, aku bisa melihat dan menikmati keindahan ini. aku puas? tidak. mungkin sekarang aku hanya melihatnya, tapi selanjutnya aku ingin menjelajahi hutan ini, mendatangi seluruh tempat indah yang aku saksikan dari atas itu. 

aku terbang meninggalkan dahan ini, merendah, semakin rendah, mengamati kawananku yang cantik dari jauh. dan ternyata mereka masih sama seperti dulu. masih hidup dan melakukan rutinitas yang sama. masih tetap cantik, masih tetap dikagumi, masih tetap hidup dalam kemonotonan dan ketakutan. 

aku terbang menuju ke tujuan selanjutnya. sendiri
aku ingin meninggalkan suatu kepuasan dan kebahagiaan di akhir hidupku nanti. aku tidak ingin hanya dielu-elukan cantik, aku ingin manusia melihatku melalui sisi yang berbeda. aku ingin semua mengakui keberadaanku. dan aku tidak mau mati dengan keputusasaan apalagi penyesalan karena tidak melakoni apa yang menjadi mimpiku. 

dan aku tidak mati sia-sia.

Rabu, 30 Mei 2012

Old Camera Shop

a photography magz

old cameras and radio
Vinyl

Let's play the vinyl !

Yashica-635

O.L.D
i took some BW photos also in an old camera shop last time when i visitted the festival, with pimpim as well. the seller-man sold vintage cameras, vinyl, dutch magazines, and many old things. i adore almost all the things there, but not for the price hehe.

Selasa, 29 Mei 2012

Play(full)

polaroid mini-portrait
kodak vintage camera
holga lomography camera
self portrait
morning-ride-pose :P
Awalnya sangat malas dan tidak berniat untuk mendatangi Festival Malang Tempoe Doeloe karena manusia yang tumpah ruah disana sangat memenatkan kepala. Tapi karena ajakan dari pimpim si wanita heboh untuk gowes pagi bersama maka saya pun mengiyakan untuk pergi bermain bersamanya. Rasanya sudah lama sekali semenjak terakhir kali kami main bareng padahal sebenarnya kami kuliah dan berada di kelas yang sama :P. Dan sepertinya itu menjadi pilihan yang tepat, karena dibandingkan dengan mengunjungi festival ini pada malam atau sore hari, pengunjung pada pagi hari lebih sedikit jadi kita bisa lebih santai menikmati festivalnya (walaupun stand-stand belum pada buka semua hehe).
Karena saya persiapannya untuk morning ride saja, saya pun tidak sempat untuk berfikir membuat foto disana jadinya tidak bawa satu kamera pun :(. Untungnya karena kecanggihan teknologi dan kehebohan pimpim dan saya, kami tetapi bisa bermain dan berpose menggunakan aplikasi modern toy camera di hape android milik pimpim. So, taraaa.... kami bermain polaroid digital LOL.
Kami sih yang penting senang bersama-sama hehe.