Minggu, 16 Mei 2010

Time to Using Time part 1

Sudah sangat lama aku tidak menuangkan perasaan dalam kata-kata. Seperti sudah bertahun-tahun meninggalkan suatu kebiasaan yang telah mendarahdaging di tubuhku. Selama ini aku mencoba sesuatu yang berbeda. Aku dulu berlari meminta pertolongan foto. Ya, aku berpindah menggantungkan maksudku lewat cahaya yang tertangkap dalam lensa. Kini aku kembali. Aku kembali melukiskan maksud lewat kata. Sayangnya lukisanku ini tidak indah. Bagiku. Entahlah bagi orang lain. Dulu begitu. Kini aku sadar, aku melukis bukan untuk orang lain. Aku melukis huruf itu untuk diri ini. My own self. Karena yang menilai lukisanku ada di dalam sudut itu. Yang hanya terbangun pada saat tertentu saja.

Aku mulai melakukan serangkaian tarian jari di atas persegi berlabelkan huruf. Papan kunci orang menyebutnya. Rasanya kaku. Tidak selincah dulu. Aku berhenti. Hanya sejenak. Menghela nafas. Lembut. Entah kenapa aku bergetar. Aku seperti seolah melakukan taubat. Padahal aku belum bertaubat. Ah, itu hanya karanganku saja. Lanjutkan. Aku meyakinkan diriku. Aku tidak berpikir akan melakukan tarian seperti apa. Aku tidak ingin berpikir. Aku tidak mau. Aku hanya ingin jari ini bergerak mengikuti kalimat yang didiktekan dia yang di dalam sana. Sedangkan aku hanya diam. Membiarkan dia yang di dalam sana berekspresi. Berusaha menciptakan seninya sendiri. Aku hanya tertawa. Tapi pelan. Kini tarian itu membentuk suatu komposisi kalimat. Masih tidak indah. Tapi cukup mewakili apa yang ingin disampaikan.

Ini dia. Inilah komposisi yang aku inginkan. Komposisi lukisan kata ini. Kuucapkan terima kasih pada dia yang di dalam sana. Yang akhirnya terbangun membantu jariku menari. Aku tersenyum. Akhirnya inilah waktunya. Ku amati sekali lagi. Seni yang tercipta di depan mataku itu.

Untuk Kamu yang Memunggungiku

Aku tidak menyesal mengenal jarak

Walaupun jarak membuat kau tak tahu tentangku

Aku tidak menyesal menyukai malam

Walaupun malam membuatku sakit mengingat tentangmu

Aku tidak menyesal mengenal seni

Walaupun seni membuat aku tersiksa mengenalmu

Aku tidak menyesal menyukai hitam

Walaupun hitam membuatku sendu melihatnya

Aku tidak menyesal menikmati hujan

Walaupun suara hujan membuatku merasa dekat denganmu

Aku tidak menyesal mengenal waktu

Walaupun waktu membuatku gila karenamu

Saat ini

Aku tertawa

Rasanya lepas tanpa sakit lagi

Walaupun setelah ini aku akan sakit

Tapi tak akan lama

Terima kasih karena selalu memperlihatkan punggungmu padaku

Ahahahaha

Terima kasih telah mengijinkanku menikmati bayanganmu

Terima kasih telah membuatku mengenalmu

Itu yang terbaik

Aku suka nada minor yang tercipta dari tarian jemarimu

Aku suka tuxedo hitammu

Dan aku benci dengan kakimu yang menginjak mawar itu

Terima kasih untuk memori yang kau telah sisipkan di sudut sana

Aku bahagia


(SALAM SENI DAN BAHAGIA)

Aku yang selalu menginjak bayangmu


Tidak ada komentar:

Posting Komentar